Samurai adalah kasta prajurit Jepang yang sering digambarkan sebagai sosok ksatria yang heroik Klik Here. Meskipun samurai lumayan sering dimunculkan di dalam karya-karya hiburan yang bertemakan zaman feodal Jepang, banyak hal seputar fakta samurai di dunia nyata yang jarang diketahui oleh kalangan awam. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.
Samurai Memiliki Kebiasaan Membawa Karung Kecil di Punggungnya
Jika diminta menjelaskan penampilan samurai di medan perang, maka orang awam umumnya bakal menjelaskan sosok yang mengenakan baju zirah dengan helm yang mengembang di bagian bawahnya. Selain penampilan di atas, samurai termasuk memiliki kebiasaan membawa kain umbul-umbul khusus. Kain berikut disebut horo dan panjangnya sanggup raih nyaris 2 meter. Horo keluar layaknya karung kecil karena bagian di dalam horo umumnya diisi dengan benda-benda ringan. Meskipun horo sebabkan penampilan samurai yang memakainya keluar kikuk dan lucu, horo memiliki kegunaan besar bagi samurai yang membawanya. Fungsi pertama horo adalah sebagai isyarat pengenal. Karena horo umumnya cuma digunakan oleh golongan samurai, seseorang sanggup tahu apakah prajurit berikut berasal dari golongan samurai dengan melihat horo yang dibawanya. Jika samurai yang membawa horo hingga gugur, maka musuh yang hendak memakamkannya bakal memperlakukan mayatnya dengan penuh kehati-hatian. Fungsi lain horo adalah sebagai pelindung. Karena horo dipasang di punggung dan terisi dengan benda-benda ringan, horo sanggup mendukung melindungi pemiliknya kala dipanah dari belakang.
Senjata Samurai Bukan Cuma Pedang
Jika berbicara soal fakta samurai, maka orang-orang umumnya bakal segera membayangkan ksatria khas Jepang yang cuma bertarung dengan kenakan pedang. Padahal kenyataannya, pedang bukanlah cuma satu senjata andalan samurai. Samurai diketahui termasuk manfaatkan busur dan panah di medan perang. Dengan panjang raih 2 meter lebih, busur samurai atau yumi jadi tidak benar satu senjata busur individual terbesar yang pernah ada di dalam sejarah. Kelebihan utama busur terkecuali dibandingkan dengan pedang adalah busur sanggup digunakan untuk melukai musuhnya dari jarak yang aman. Jarak tembak busur samurai dilaporkan sanggup raih 400 meter. Samurai umumnya manfaatkan busurnya sambil menunggangi kuda. Saat senapan merasa banyak digunakan di Jepang pada abad ke-15, pemakaian busur tidak lantas menghilang. Pasalnya senapan pada jaman itu memiliki kala pengisian ulang yang lama dan tidak sanggup digunakan kala hujan sedang turun. Karena busur adalah senjata jarak jauh, senjata ini tidak sanggup digunakan di dalam jarak dekat. Dalam pertarungan jarak dekat inilah, samurai bakal manfaatkan pedangnya sebagai senjata. Berbeda dengan anggapan umum, pedang Jepang atau katana sebetulnya termasuk sebagai pedang yang rapuh. Kendati senjata ini sebetulnya sanggup digunakan untuk menebas manusia tanpa kendala, katana amat mudah patah terkecuali digunakan untuk memotong baju pelindung yang keras. Kelemahan pedang terungkap ketika wilayah Jepang diinvasi oleh bangsa Mongol pada abad ke-13. Saat pasukan Jepang mencoba melukai prajurit Mongol yang mengenakan baju pelindung, ternyata pedang mereka jadi menyangkut atau patah. Sejak itu, pengrajin pedang Jepang pun merasa sebabkan pedang yang lebih tebal dan kuat.
Samurai Juga Kerap Mengkhianati Majikannya
Di film-film yang bertemakan samurai, samurai sering digambarkan sebagai sosok yang amat setia pada tuan atau majikannya. Samurai diceritakan lebih suka bertarung hingga mati dibandingkan harus melihat majikannya tewas. Kenyataannya, peristiwa menyatakan terkecuali samurai yang mengkhianati majikannya sendiri ternyata bukanlah hal yang jarang terjadi. Samurai tidak segan-segan mencampakkan majikannya terkecuali dirasa perlu. Samurai dan majikannya bekerja melalui pertalian timbal balik. Jika sang majikan bersedia menanggung segala kebutuhan hidup samurai, maka samurai berikut diharuskan manfaatkan keahlian bertarungnya untuk melindungi sang majikan. Jika ternyata majikannya tidak sanggup mencukupi kebutuhan sang samurai, maka samurai berikut tidak segan-segan berbalik menyerang majikannya. Saat memberontak, samurai bakal bekerja serupa dengan rekan-rekan samurainya yang kebetulan memiliki kesamaan kepentingan. Nitta Yoshisada adalah perumpamaan dari samurai yang pernah mengkhianati majikannya sendiri. Pada awalnya, Yoshisada mengakui Shogun Kamakura sebagai majikannya. Namun menyusul munculnya perang antara Kamakura melawan Pangeran Morinaga, Yoshisada mengambil keputusan untuk mengkhianati Kamakura dan balik mendukung Morinaga. Akibat pengkhianatan tersebut, Keshogunan Kamakura mengalami keruntuhan. Sesudah runtuhnya Kamakura, Yoshisada dihadiahi jabatan tinggi dan diperbolehkan memerintah sejumlah provinsi Jepang.
Samurai Juga Menyamar dan Menggunakan Senjata Rahasia
Shakuhachi adalah suling khas Jepang yang berukuran besar. Suling ini pada awalannya cuma digunakan oleh kalangan biksu Jepang sebagai suara pengiring dan pengganti bacaan doa. Dalam perkembangannya, kaum biksu berikut sering berparade memainkan sulingnya sambil kenakan topi yang bentuknya menyerupai keranjang bambu. Biksu dengan topi bambu berikut dikenal dengan nama komuso. Karena topi bambu yang dipakai oleh komuso menutupi nyaris semua bagian kepala, muka komuso pun jadi susah untuk dikenali. Kaum samurai yang melihat hal berikut lantas mendapat ide. Walaupun samurai sering digambarkan cuma senang bertarung secara terhormat di medan perang terbuka, samurai termasuk senang laksanakan pembunuhan secara sembunyi-sembunyi. Taktik macam ini umumnya digunakan untuk memadamkan pemberontakan mengingat pemberontak sendiri memiliki kebiasaan membaur di sedang masyarakat. Supaya sanggup memata-matai musuhnya, samurai bakal berkeliling sambil menyamar sebagai komuso. Saat samurai berikut menemukan moment yang pas untuk mobilisasi aksinya, ia bakal membunuh sasarannya dengan kenakan suling yang sudah dipasangi benda tajam. Suling berikut termasuk lumayan kuat untuk digunakan sebagai senjata pukul layaknya gada.
Samurai Lebih Suka Berhubungan Badan dengan Sesama Pria Ketimbang Wanita
Samurai dituntut untuk selalu menyatakan wibawa dan kejantanannya di hadapan publik. Yang menarik, penduduk feodal Jepang termasuk yakin terkecuali samurai yang amat sering menghabiskan kala dengan wanita bakal kehilangan wibawanya. Menurut kepercayaan pada jaman itu, samurai yang terkait badan dengan wanita lama kelamaan jiwa dan raganya bakal melemah. Jika samurai hingga tertangkap basah mencium wanita di depan orang banyak, samurai berikut bakal dicap sebagai pengecut oleh orang-orang yang melihatnya. Meskipun begitu, bukan bermakna samurai hindari wanita serupa sekali. Samurai termasuk laksanakan pernikahan demi melindungi kelangsungan garis keturunannya. Namun supaya wibawanya selalu terjaga, samurai tidak bakal bermesraan dengan istrinya di hadapan orang lain. Jika samurai yang amat banyak terkait badan dengan wanita dianggap lemah, maka tidak demikian halnya terkecuali samurai laksanakan pertalian badan dengan pria. Menurut kepercayaan kaum samurai, terkait badan dengan sesama pria bakal tingkatkan keperkasaan mereka. Atas karena itulah, samurai pun sering laksanakan pertalian badan dengan shudo atau muridnya. Samurai mengajari tehnik bela diri dan filosofi samurai kepada muridnya. Sebagai gantinya, sang murid harus menuruti apa pun perintah samurai majikannya. Termasuk ajakan untuk terkait badan.